Singao
Selasa, 12 Maret 2013
Cerita Mesum Terbaru 2013 | Kenikmatan Jepitan Susu Nenen Lidya
Cerita Seks Remaja | Kenikmatan Jepitan Susu Nenen Lidya
: Lega rasanya aku melihat pagar rumah kosku setelah terjebak dalam
kemacetan jalan dari kampusku. Kulirik jam tanganku yang menunjukkan
pukul 21.05 yang berarti aku telah menghabiskan waktu satu jam terjebak
dalam arus lalu-lintas Jakarta yang begitu mengerikan. Setelah memarkir
mobilku, bergegas aku menuju ke kamarku dan kemudian langsung
menghempaskan tubuh penatku ke ranjang tanpa sempat lagi menutup pintu
kamar.
Cerita Seks Remaja : Baru saja mataku tertutup, tiba-tiba saja aku
dikejutkan oleh ketukan pada pintu kamarku yang disertai dengan teriakan
nyaring dari suara yang sudah sangat aku kenal.
"Ko, loe baru pulang yah?" gelegar suara Voni memaksa mataku untuk menatap asal suara itu.
"iya, memangnya ada apa sih teriak-teriak?" jawabku sewot sambil mengucek mataku.
"Ini gue mau kenalin sepupu gue yang baru tiba dari Bandung" jawabnya
sambil tangan kirinya menarik tangan seorang cewek masuk ke kamarku.
Kuperhatikan cewek yang disebut Voni sebagai sepupunya itu, sambil
tersenyum aku menyodorkan tangan kananku kearahnya "Hai, namaku Riko"
"Lydia" jawabnya singkat sambil tersenyum kepadaku.
Sambil membalas senyumannya yang manis itu, mataku mendapati sesosok
tubuh setinggi kira-kira 165 cm, walaupun dengan perawakan sedikit
montok namun kulitnya yang putih bersih seakan menutupi bagian tersebut.
"Riko ini teman baik gue yang sering gue ceritain ke kamu" celetuk Voni kepada Lydia.
"Oh.."
"Nah, sekarang kan loe berdua udah tau nama masing-masing, lain kali
kalo ketemu kan bisa saling memanggil, gue mau mandi dulu yah, daag.."
kata Voni sambil berjalan keluar dari kamarku.
Aku menanggapi perkataan Voni barusan dengan kembali tersenyum ke Lydia.
"Cantik juga sepupu Voni ini" pikirku dalam hati.
"Lydia ke Jakarta buat liburan yah?" tanyaku kepadanya.
"Iya, soalnya bosen di Bandung melulu" jawabnya.
"Loh, memangnya kamu nggak kuliah?"
"Nggak, sehabis SMA aku cuma bantu-bantu Papa aja, males sih kuliah."
"Rencananya berapa lama di Jakarta?"
"Yah.. sekitar 2 minggu deh"
"Riko aku ke kamar Voni dulu yah, mau mandi juga "
"Oke deh"
Sambil tersenyum lagi dia berjalan keluar dari kamarku. Aku memandang punggung Lydia yang berjalan pelan ke arah kamar Voni.
Kutatap BH hitamnya yang terlihat jelas dari balik kaos putih ketat yang
membaluti tubuhnya yang agak bongsor itu sambil membayangkan dadanya
yang juga montok itu. Setelah menutup pintu kamarku, kembali kurebahkan
tubuhku ke ranjang dan hanya dalam sekejab saja aku sudah terlelap.
"Ko, bangun dong"
Aku membuka kembali mataku dan mendapatkan Voni yang sedang duduk di tepi ranjangku sambil menggoyangkan lututku.
"Ada apa sih?" tanyaku dengan nada sewot setelah untuk kedua kalinya dibangunkan.
"Kok marah-marah sih, udah bagus gue bangunin. Liat udah jam berapa masih belom mandi!"
Aku menoleh ke arah jam dindingku sejenak.
"Jam 11, emang kenapa kalo gue belum mandi?"
"Kan loe janji mau ngetikin tugas gue kemaren"
"Aduh Voni.. kan bisa besok.."
"Nggak bisa, kan kumpulnya besok pagi-pagi"
Cerita Seks Remaja : Aku bergegas bangun dan mengambil peralatan mandiku
tanpa menghiraukan ocehan yang terus keluar dari mulut Voni.
"Ya udah, gue mandi dulu, loe nyalain tuh komputer!"
Tulisan di layar komputerku sepertinya mulai kabur di mataku.
"Gila, udah jam 1, tugas sialan ini belum selesai juga" gerutuku dalam hati.
"Tok.. Tok.. Tok.." bunyi pintu kamarku diketok dari luar.
"Masuk!" teriakku tanpa menoleh ke arah sumber suara.
Terdengar suara pintu yang dibuka dan kemudian ditutup lagi dengan keras sehingga membuatku akhirnya menoleh juga.
Kaget juga waktu kudapati ternyata yang masuk adalah Lydia.
"Eh maaf, tutupnya terlalu keras" sambil tersenyum malu dia membuka percakapan.
"Loh, kok belum tidur?" dengan heran aku memandangnya lagi.
"Iya nih, nggak tau kenapa nggak bisa tidur"
"Voni mana?" tanyaku lagi.
"Dari tadi udah tidur kok"
"Gue dengar dari dia katanya elo lagi buatin tugasnya yah?"
"Iya nih, tapi belum selesai, sedikit lagi sih"
"Emang ngetikin apaan sih?" sambil bertanya dia mendekatiku dan berdiri tepat disamping kursiku.
Cerita Seks Remaja : Aku tak menjawabnya karena menyadari tubuhnya yang
dekat sekali dengan mukaku dan posisiku yang duduk di kursi membuat
kepalaku berada tepat di samping dadanya.
Dengan menolehkan kepalaku sedikit ke kiri, aku dapat melihat lengannya
yang mulus karena dia hanya memakai baju tidur model tanpa lengan.
Sewaktu dia mengangkat tangannya untuk merapikan rambutnya, aku dapat
melihat pula sedikit bagian dari BHnya yang sekarang berwarna krem muda.
"Busyet.. loe harum amat, pake parfum apa nih?"
"Bukan parfum, lotion gue kali"
"Lotion apaan, bikin terangsang nih" candaku.
"Body Shop White Musk, kok bikin terangsang sih?" tanyanya sambil tersenyum kecil.
"Iya nih beneran, terangsang gue nih jadinya"
"Masa sih? berarti sekarang udah terangsang dong"
Agak terkejut juga aku mendengar pertanyaan itu.
"Jangan-jangan dia lagi memancing gue nih.." pikirku dalam hati.
"Emangnya loe nggak takut kalo gue terangsang sama elo?" tanyaku iseng.
"Nggak, memangnya loe kalo terangsang sama gue juga berani ngapain?"
"Gue cium loe ntar" kataku memberanikan diri.
Tanpa kusangka dia melangkah dari sebelah kiri ke arah depanku sehingga
berada di tengah-tengah kursi tempat aku duduk dengan meja komputerku.
"Beneran berani cium gue?" tanyanya dengan senyum nakal di bibirnya yang mungil.
"Wah kesempatan nih" pikirku lagi.
Aku bangkit berdiri dari dudukku sambil mendorong kursiku sedikit ke belakang sehingga kini aku berdiri persis di hadapannya.
Sambil mendekatkan mukaku ke wajahnya aku bertanya " Bener nih nggak marah kalo gue cium?"
Dia hanya tersenyum saja tanpa menjawab pertanyaanku.
Tanpa pikir panjang lagi aku segera mencium lembut bibirnya.
Lydia memejamkan matanya ketika menerima ciumanku.
Kumainkan ujung lidahku pelan kedalam mulutnya untuk mencari lidahnya yang segera bertaut dan saling memutar ketika bertemu.
Sentuhan erotis yang kudapat membuat aku semakin bergairah dan langsung menghujani bibir lembut itu dengan lidahku.
Sambil terus menjajah bibirnya aku menuntun pelan Lydia ke ranjang.
Dengan mata masih terpejam dia menurut ketika kubaringkan di ranjangku.
Erangan halus yang didesahkan olehnya membuatku semakin bernafsu dan
segera saja lidahku berpindah tempat ke bagian leher dan turun ke area
dadanya.
Setelah menanggalkan bajunya, kedua tanganku yang kususupkan ke
punggungnya sibuk mencari kaitan BH-nya dan segera saja kulepas begitu
aku temukan.
Dengan satu tarikan saja terlepaslah penutup dadanya dan dua bukit putih
mulus dengan pentil pink yang kecil segera terpampang indah didepanku.
Kuremas pelan dua susunya yang besar namun sayang tidak begitu kenyal sehingga terkesan sedikit lembek.
Puting susunya yang mungil tak luput dari serangan lidahku.
Setiap aku jilati puting mungil tersebut, Lydia mendesah pelan dan itu membuatku semakin terangsang saja.
Entah bagaimana kabar penisku yang sedari tadi telah tegak berdiri namun terjepit diantara celanaku dan selangkangannya.
Putingnya yang kecil memang sedikit menyusahkan buatku sewaktu menyedot
bergantian dari toket kiri ke toket kanannya, namun desahan serta
gerakan-gerakan tubuhnya yang menandakan dia juga terangsang membuatku
tak tahan untuk segera bergerilya ke perutnya yang sedikit berlemak.
Namun ketika aku hendak melepas celananya, tiba-tiba saja dia menahan tanganku.
"Jangan Riko!"
"Kenapa?"
"Jangan terlalu jauh.."
"Wah, masa berhenti setengah-setengah, nanggung nih.."
"Pokoknya nggak boleh" setengah berteriak Lydia bangkit dan duduk di ranjang.
Kulihat dua susunya bergantung dengan anggunnya di hadapanku.
"Kasihan ama ini nih, udah berdiri dari tadi, masa disuruh bobo lagi?"
tanyaku sambil menunjuk ke arah penisku yang membusung menonjol dari
balik celana pendekku.
Tanpa kusangka lagi, tiba-tiba saja Lydia meloroti celanaku plus celana dalamku sekalian.
Aku hanya diam ketika dia melakukan hal itu, pikirku mungkin saja dia berubah pikiran.
Tetapi ternyata dia kemudian menggenggam penisku dan dengan pelan mengocok penisku naik turun dengan irama yang teratur.
Aku menyandarkan tubuhku pada dinding kamar dan masih dengan posisi
jongkok dihadapanku Lydia tersenyum sambil terus mengocok batang penisku
tetapi semakin lama semakin cepat.
Nafasku memburu kencang dan jantungku berdegub semakin tak beraturan
dibuatnya, walaupun aku sangat sering masturbasi, tapi pengalaman
dikocok oleh seorang cewek adalah yang pertama bagiku, apalagi ditambah
pemandangan dua susu montok yang ikut bergoyang karena gerakan
pemiliknya yang sedang menocok penisku bergantian dengan tangan kiri dan
kanannya.
"Lyd.. mau keluar nih.." lirih kataku sambil memejamkan mata meresapi kenikmatan ini.
"Bentar, tahan dulu Ko.."jawabnya sambil melepaskan kocokannya.
"Loh kok dilepas?" tanyaku kaget.
Tanpa menjawab pertanyaanku, Lydia mendekatkan dadanya ke arah penisku
dan tanpa sempat aku menebak maksudnya, dia menjepit penisku dengan dua
susunya yang besar itu.
Sensasi luar biasa aku dapatkan dari penisku yang dijepit oleh dua gunung kembar itu membuatku terkesiap menahan napas.
Sebelum aku sempat bertindak apa-apa, dia kembali mengocok penisku yang
terjepit diantara dua susunya yang kini ditahan dengan menggunakan kedua
tangannya.
Cerita Seks Remaja : Kali ini seluruh urat-urat dan sendi-sendi di
sekujur tubuhku pun turut merasakan kenikmatan yang lebih besar daripada
kocokan dengan tangannya tadi.
"Enak nggak Ko?" tanyanya lirih kepadaku sambil menatap mataku.
"Gila.. enak banget Sayang.. terus kocok yang kencang.."
Tanganku yang masih bebas kugerakkan kearah pahanya yang mulus. Sesekali
memutar arah ke bagian belakang untuk merasakan pantatnya yang lembut.
"Ahh.. ohh.." desahnya pelan sambil kembali memejamkan matanya.
Kocokan serta jepitan susunya yang semakin keras semakin membuatku lupa daratan.
"Lyd.. aku keluar.."
Tanpa bisa kutahan lagi semprotan lahar panasku yang kental segera
menyembur keluar dan membasahi lehernya dan sebagian area dadanya.
Seluruh tubuhku lemas seketika dan hanya bisa bersandar di dinding kamar.
Aku memandang nanar ke Lydia yang saat itu bangkit berdiri dan mencari tissue untuk membersihkan bekas spermaku.
Ketika menemukan apa yang dicari, sambil tersenyum lagi dia bertanya
"Kamu seneng nggak"
Aku mengangguk sambil membalas senyumannya.
"Jangan bilang siapa-siapa yah, apalagi sama Voni" katanya
memperingatkanku sambil memakai kembali BH dan bajunya yang tadi
kulempar entah kemana.
"Iyalah.. masa gue bilang-bilang, nanti kamu nggak mau lagi ngocokin gue"
Lydia kembali hanya tersenyum padaku dan setelah menyisir rambut panjangnya dia pun beranjak menuju pintu.
"Gue bersih-bersih dulu yah, abis itu mau bobo" ujarnya sebelum membuka pintu.
"Thanks yah Lyd.. besok kesini lagi yah" balasku sambil menatap pintu yang kemudian ditutup kembali oleh Lydia.
Cerita Seks Remaja : Aku memejamkan mata sejenak untuk mengingat
kejadian yang barusan berlalu, mimpi apa aku semalam bisa mendapat
keberuntungan seperti ini.
Tak sabar aku menunggu besok tiba, siapa tahu ternyata bisa mendapatkan lebih dari ini.
Mungkin saja suatu saat aku bisa merasakan kenikmatan dari lubang surga
Lydia, yang pasti aku harus ingat untuk menyediakan kondom di kamarku
dulu
Cerita Seks Remaja Baru 2013| Mesum di Lift Kampus
Cerita Seks Remaja
: Waktu itu aku harus mengambil sebuah mata kuliah umum yang belum
kuambil, yaitu kewiraan. Kebetulan waktu itu aku kebagian kelas dengan
fakultas sipil, agak jauh dari gedung fakultasku, di sana mahasiswanya
mayoritas cowok pribumi, ceweknya cuma enam orang termasuk aku.
Cerita Seks Remaja : Tak heran aku sering menjadi pusat perhatian
cowok-cowok di sana, beberapa bahkan sering curi-curi pandang mengintip
tubuhku kalau aku sedang memakai pakaian yang menggoda, aku sih sudah
terbiasa dengan tatapan-tatapan liar seperti ini, terlebih lagi aku juga
cenderung eksibisionis, jadi aku sih cuek-cuek aja.
Hari itu mata kuliah yang bersangkutan ada kuliah tambahan karena
dosennya beberapa kali tidak masuk akibat sibuk dengan kuliah S3-nya.
Kuliah diadakan pada jam lima sore. Seperti biasa kalau kuliah tambahan
pada jam-jam seperti ini waktunya lebih cepat, satu jam saja sudah
bubar. Namun bagaimanapun saat itu langit sudah gelap hingga di kampus
hampir tidak ada lagi mahasiswa yang nongkrong.
Keluar dari kelas aku terlebih dulu ke toilet yang hanya berjarak empat
ruangan dari kelas ini untuk buang air kecil sejenak, serem juga nih
sendirian di WC kampus malam-malam begini, tapi aku segera menepis
segala bayangan menakutkan itu. Setelah cuci tangan aku buru-buru keluar
menuju lift (di tingkat lima). Ketika menunggu lift aku terkejut karena
ada yang menyapa dari belakang. Ternyata mereka adalah tiga orang
mahasiswa yang juga sekelas denganku tadi, yang tadi menyapaku aku tahu
orangnya karena pernah duduk di sebelahku dan mengobrol sewaktu kuliah,
namanya Adi, tubuhnya kurus tinggi dan berambut jabrik, mukanya jauh
dari tampan dengan bibir tebal dan mata besar. Sedangkan yang dua lagi
aku tidak ingat namanya, cuma tahu tampang, belakangan aku tahu yang
rambutnya gondrong dikuncir itu namanya Syaiful dan satunya lagi yang
mukanya mirip Arab itu namanya Rois, tubuhnya lebih berisi dan kekar
dibandingkan Adi dan Syaiful yang lebih mirip pemakai narkoba.
“Kok baru turun sekarang Ci?” sapa Adi berbasa-basi.
“Abis dari WC, lu orang juga ngapain dulu?” jawabku.
“Biasalah, ngerokok dulu bentar” jawabnya.
Lift terbuka dan kami masuk bersama, mereka berdiri mengelilingiku
seperti mengepungku hingga jantungku jadi deg-degan merasakan mata
mereka memperhatikan tubuhku yang terbungkus rok putih dari bahan katun
yang menggantung di atas lutut serta kaos pink dengan aksen putih tanpa
lengan. Walau demikian, terus terang gairahku terpicu juga dengan
suasana di ruangan kecil dan dengan dikelilingi para pria seperti ini
hingga rasa panas mulai menjalari tubuhku.
“Langsung pulang Ci?” tanya Syaiful yang berdiri di sebelah kiriku.
“Hemm” jawabku singkat dengan anggukan kepala.
“Jadi udah gak ada kegiatan apa-apa lagi dong setelah ini?” si Adi menimpali.
“Ya gitulah, paling nonton di rumah” jawabku lagi.
“Wah kebetulan.. Kalo gitu lu ada waktu sebentar buat kita dong!” sahut Syaiful.
“Eh.. Buat apa?” tanyaku lagi.
Sebelum ada jawaban, aku telah dikagetkan oleh sepasang tangan yang
memelukku dari belakang dan seperti sudah diberi aba-aba, Rois yang
berdiri dekat tombol lift menekan sebuah tombol sehingga lift yang
sedang menuju tingkat dua itu terhenti. Tas jinjingku sampai terlepas
dari tanganku karena terkejut.
“Heh.. Ngapain lu orang?” ujarku panik dengan sedikit rontaan.
“Hehehe.. Ayolah Ci, having fun dikit kenapa? Stress kan, kuliah seharian gini!” ucap Adi yang mendekapku dengan nafas menderu.
“Iya Ci, di sipil kan gersang cewek nih, jarang ada cewek kaya lo gini, lu bantu hibur kita dong” timpal Rois.
Srr.. Sesosok tangan menggerayang masuk ke dalam rok miniku. Aku
tersentak ketika tangan itu menjamah pangkal pahaku lalu mulai
menggosok-gosoknya dari luar.
“Eengghh.. Kurang ajar!” ujarku lemah. Aku sendiri sebenarnya
menginginkannya, namun aku tetap berpura-pura jual mahal untuk menaikkan
derajatku di depan mereka.
Mereka menyeringai mesum menikmati ekpresi wajahku yang telah
terangsang. Rambutku yang dikuncir memudahkan Adi menciumi leher,
telinga dan tengkukku dengan ganas sehingga birahiku naik dengan cepat.
Rois yang tadinya cuma meremasi dadaku dari luar kini mulai menyingkap
kaosku lalu cup bra-ku yang kanan dia turunkan, maka menyembullah
payudara kananku yang nampak lebih mencuat karena masih disangga bra.
Diletakkannya telapak tangannya di sana dan meremasnya pelan, kemudian
kepalanya mulai merunduk dan lidahnya kurasakan menyentuh putingku.
Sambil menyusu, tangannya aktif mengelusi paha mulusku. Tanpa kusadari,
celana dalamku kini telah merosot hingga ke lutut, pantat dan kemaluanku
terbuka sudah. Jari-jari Syaiful sudah memasuki vaginaku dan
menggelitik bagian dalamnya. Tubuhku menggelinjang dan mendesah saat
jarinya menemukan klitorisku dan menggesek-gesekkan jarinya pada daging
kecil itu.
Aku merasakan sensasi geli yang luar biasa sehingga pahaku merapat
mengapit tangan Syaiful. Rasa geli itu juga kurasakan pada telingaku
yang sedang dijilati Adi, hembusan nafasnya membuat bulu kudukku
merinding. Tangannya menjalar ke dadaku dan mengeluarkan payudaraku yang
satu lagi. Diremasinya payudara itu dan putingnya dipilin-pilin, kadang
dipencet atau digesek-gesekkan dengan jarinya hingga menyebabkan benda
itu semakin membengkak. Tubuhku serasa lemas tak berdaya, pasrah
membiarkan mereka menjarah tubuhku.
Melihatku semakin pasrah, mereka semakin menjadi-jadi. Kini Rois memagut
bibirku, bibir tebal itu menyedot-nyedot bibirku yang mungil, lidahnya
masuk ke mulutku dan menjilati rongga di dalamnya, kubalas dengan
menggerakkan lidahku sehingga lidah kami saling jilat, saling hisap,
sementara tangannya sudah meremas bongkahan pantatku, kadang
jari-jarinya menekan anusku. Tonjolan keras di balik celana Adi terasa
menekan pantatku. Secara refleks aku menggerakkan tanganku ke belakang
dan meraba-raba tonjolan yang masih terbungkus celana itu.
Payudara kananku yang sudah ditinggalkan Rois jadi basah dan
meninggalkan bekas gigitan kini beralih ke tangan Adi, dia kelihatan
senang sekali memainkan putingku yang sensitif, setiap kali dia pencet
benda itu dengan agak keras tubuhku menggelinjang disertai desahan. Si
Syaiful malah sudah membuka celananya dan mengeluarkan penisnya yang
sudah tegang. Masih sambil berciuman, kugerakkan mataku memperhatikan
miliknya yang panjang dan berwarna gelap tapi diameternya tidak besar,
ya sesuailah dengan badannya yang kerempeng itu.
Diraihnya tanganku yang sedang meraba selangkangan Adi ke penisnya,
kugenggam benda itu dan kurasakan getarannya, satu genggamanku tidak
cukup menyelubungi benda itu, jadi ukurannya kira-kira dua genggaman
tanganku.
“Ini aja Ci, burung gua kedinginan nih, tolong hangatin dong!” pintanya.
“Ahh.. Eemmhh!” desahku sambil mengambil udara begitu Rois melepas cumbuannya.
“Gua juga mau dong, udah gak tahan nih!” ujar Rois sambil membuka celananya.
Wow, sepertinya dia memang ada darah Arab, soalnya ukurannya bisa
dibilang menakjubkan, panjang sih tidak beda jauh dari Syaiful tapi yang
ini lebih berurat dan lebar, dengan ujungnya yang disunat hingga
menyerupai helm tentara. Jantungku jadi tambah berdegup membayangkan
akan ditusuk olehnya, berani taruhan punya si Adi juga pasti kalah
darinya.
Adi melepaskan dekapannya padaku untuk membuka celana, saat itu Rois
menekan bahuku dan memintaku berlutut. Aku pun berlutut karena kakiku
memang sudah lemas, kedua penis tersebut bagaikan pistol yang
ditodongkan padaku, tidak.. bukan dua, sekarang malah tiga, karena Adi
juga sudah mengeluarkan miliknya. Benar kan, milik Rois memang paling
besar di antara ketiganya, disusul Adi yang lebih berisi daripada
Syaiful. Mereka bertiga berdiri mengelilingiku dengan senjata yang
mengarah ke wajahku.
“Ayo Ci, jilat, siapa dulu yang mau lu servis”
“Yang gua aja dulu Ci, dijamin gue banget!”
“Ini aja dulu Ci, gua punya lebih gede, pasti puas deh!”
Demikian mereka saling menawarkan penisnya untuk mendapat servis dariku
seperti sedang kampanye saja, mereka menepuk-nepuk miliknya pada wajah,
hidung, dan bibirku sampai aku kewalahan menentukan pilihan.
“Aduh.. Iya-iya sabar dong, semua pasti kebagian.. Kalo gini terus gua
juga bingung dong!” kataku sewot sambil menepis senjata mereka dari
mukaku.
“Wah.. Marah nih, ya udah kita biarin Citra yang milih aja, demokratis kan?” kata Syaiful.
Setelah kutimbang-timbang, tangan kiriku meraih penis Syaiful dan yang
kanan meraih milik Rois lalu memasukkannya pelan-pelan ke mulut.
Cerita Seks Remaja : “Weh.. Sialan lu, gua cuma kebagian tangannya aja!”
gerutu Syaiful pada Rois yang hanya ditanggapinya dengan nyengir tanda
kemenangan.
“Wah gua kok gak diservis Ci, gimana sih!” Adi protes karena merasa diabaikan olehku.
Sebenarnya bukan mengabaikan, tapi aku harus memakai tangan kananku
untuk menuntun penis Rois ke mulutku, setelah itu barulah kugerakkan
tanganku meraih penis Adi untuk menenangkannya. Kini tiga penis kukocok
sekaligus, dua dengan tangan, satu dengan mulut.
Lima belas menit lewat sudah, aku ganti mengoral Adi dan Rois kini
menerima tanganku. Tak lama kemudian, Syaiful yang ingin mendapat
kenikmatan lebih dalam melepaskan kocokanku dan pindah berlutut di
belakangku. Kaitan bra-ku dibukanya sehingga bra tanpa tali pundak itu
terlepas, begitu juga celana dalam hitamku yang masih tersangkut di kaki
ditariknya lepas. Lima menit kemudian tangannya menggerayangi payudara
dan vaginaku sambil menjilati leherku dengan lidahnya yang panas dan
kasar. Pantatku dia angkat sedikit sampai agak menungging.
Kemudian aku menggeliat ketika kurasakan hangat pada liang vaginaku.
Penis Syaiful telah menyentuh vaginaku yang basah, dia tidak memasukkan
semuanya, cuma sebagian dari kepalanya saja yang digeseknya pada bibir
vaginaku sehingga menimbulkan sensasi geli saat kepalanya menyentuh
klitorisku.
“Uhh.. Nakal yah lu!” kataku sambil menengok ke belakang.
“Aahh..!” jeritku kecil karena selesai berkata demikian Syaiful
mendorong pinggulnya ke depan sampai penis itu amblas dalam vaginaku.
Dengan tangan mencengkeram payudaraku, dia mulai menggenjot tubuhku,
penisnya bergesekan dengan dinding vaginaku yang bergerinjal-gerinjal.
Aku tidak bisa tidak mengerang setiap kali dia menyodokku.
“Hei Ci, yang gua jangan ditinggalin nih” sahut Adi seraya menjejalkan penisnya ke mulutku sekaligus meredam eranganku.
Aku semakin bersemangat mengoral penis Adi sambil menikmati
sodokan-sodokan Syaiful, penis itu kuhisap kuat, sesekali lidahku
menjilati ‘helm’nya. Jurusku ini membuat Adi blingsatan tak karuan
sampai dia menekan-nekan kepalaku ke selangkangannya. Kocokanku terhadap
Rois juga semakin dahsyat hingga desahan ketiga pria ini memenuhi
ruangan lift.
Teknik oralku dengan cepat mengirim Adi ke puncak, penisnya seperti
membengkak dan berdenyut-denyut, dia mengerang dan meremas rambutku..
“Oohh.. Anjing.. Ngecret nih gua!!”
Muncratlah cairan kental itu di mulutku yang langsung kujilati dengan
rakusnya. Keluarnya banyak sekali sehingga aku harus buru-buru
menelannya agar tidak tumpah. Setelah lepas dari mulutku pun aku masih
menjilati sisa sperma pada batangnya. Rois memintaku agar menurunkan
frekuensi kocokanku.
“Gak usah buru-buru..” demikian katanya.
“Cepetan Ful, kita juga mau ngerasain memeknya, kebelet nih!” kata Rois pada Syaiful.
“Sabar jek.. Uuhh.. Nanggung dikit lagi.. Eemmhh!” jawab Syaiful dengan terengah-engah.
Genjotan Syaiful semakin kencang, nafasnya pun semakin memburu
menandakan bahwa dia akan orgasme. Kami mengatur tempo genjotan agar
bisa keluar bersama.
“Uhh.. Uhh.. Udah mau Ci, boleh di dalam gak?” tanyanya.
“Jangan.. gue lagi subur.. Ah.. Aahh!!” desahku bersamaan dengan klimaks yang menerpa.
“Hei, jangan sembarangan buang peju, ntar gua mana bisa jilatin memeknya!” tegur Adi.
Syaiful menyusul tak sampai semenit kemudian dengan meremas kencang
payudaraku hingga membuatku merintih, kemudian dia mencabut penisnya dan
menumpahkan isinya ke punggungku.
“Ok, next please” Syaiful mempersilakan giliran berikut.
Adi langsung menyambut tubuhku dan memapahku berdiri. Disandarkannya
punggungku pada dinding lift lalu dia mencium bibirku dengan lembut
sambil tangannya menelusuri lekuk-lekuk tubuhku, kami ber-french kiss
dengan panasnya. Serangan Adi mulai turun ke payudaraku, tapi cuma dia
kulum sebentar, lalu dia turun lagi hingga berjongkok di depan vaginaku.
Gesper dan resleting rokku dia lucuti hingga rok itu merosot jatuh. Dia
menatap dan mengendusi vaginaku yang tertutup rambut lebat itu, tangan
kanannya mulai mengelusi kemaluanku sambil mengangkat paha kiriku ke
bahunya. Jari-jarinya mengorek liang vaginaku hingga mengenai klitoris
dan G-spotku.
“Sshh.. Di.. Oohh.. Aahh!!” desisku sambil meremas rambutnya ketika lidahnya mulai menyentuh bibir vaginaku.
Aku mengigit-gigit bibir menikmati jilatan Adi pada vaginaku, lidahnya
bergerak-gerak seperti ular di dalam vaginaku, daging kecil sensitifku
juga tidak luput dari sapuan lidah itu, kadang diselingi dengan hisapan.
Hal ini membuat tubuhku menggeliat-geliat, mataku terpejam menghayati
permainan ini. Tiba-tiba kurasakan sebuah gigitan pelan pada puting
kiriku, mataku membuka dan menemukan kepala Syaiful sudah menempel di
sana sedang mengenyot payudaraku. Rois berdiri di sebelah kananku sambil
meremas payudaraku yang satunya.
“Ci, toked lu gede banget sih, ukuran BH-nya berapa nih?” tanyanya.
“Eenngghh.. Gua 34B.. Mmhh!” jawabku sambil mendesah.
“Udah ada pacar lo Ci?” tanyanya lagi.
Aku hanya menggeleng dengan badan makin menggeliat karena saat itu lidah
Adi dengan liar menyentil-nyentil klitorisku. Sensasi ini ditambah lagi
dengan Rois yang menyapukan lidahnya yang tebal ke leher jenjangku dan
mengelusi pantatku. Sebelum sempat mencapai klimaks, Adi berhenti
menjilat vaginaku. Dia mulai berdiri dan menyuruh kedua temannya
menyingkir dulu.
“Minggir dulu jek.. Gua mo nyoblos nih! Walah.. Nih toked jadi bau
jigong lu gini Ful!” omelnya pada Syaiful yang hanya ditanggapi dengan
seringainya yang mirip kuda nyengir.
Paha kiriku diangkat hingga pinggang, lalu dia menempelkan kepala
penisnya pada bibir vaginaku dan mendorongnya masuk perlahan-lahan.
“Ooh.. Di.. Aahh.. Ahh!” desahku dengan memeluk erat tubuhnya saat dia melakukan penetrasi.
“Aakkhh.. Yahud banget memek lu Ci.. Seret-seret basah!”
Kemudian Adi mulai memompa tubuhku, rasanya sungguh sulit dilukiskan.
Penis kokoh itu menyodok-nyodokku dengan brutal sampai tubuhku
terlonjak-lonjak, keringat yang bercucuran di tubuhku membasahi dinding
lift di belakangku. Eranganku kadang teredam oleh lumatan bibirnya
terhadapku. Senjatanya keluar-masuk berkali-kali hingga membuat mataku
merem-melek merasakan sodokan yang nikmat itu. Aku pun ikut maju mundur
merespons serangannya. Saat itu kedua temannya hanya menonton sambil
memegangi senjata masing-masing, mereka juga menyoraki Adi yang sedang
menggenjotku seolah memberi semangat.
Sementara dia berpacu di antara kedua pahaku, aku mulai merasakan
klimaks yang akan kembali menerpa. Tubuhku bergetar hebat, pelukanku
terhadapnya juga semakin erat. Akhirnya keluarlah desahan panjang dari
mulutku bersamaan dengan melelehnya cairan kewanitaanku lebih banyak
daripada sebelumnya. Namun dia masih bersemangat menggenjotku, bahkan
bertambah kencang dan bertenaga, nafasnya yang menderu-deru menerpa
wajahku.
“Uuhh.. Uuh.. Ci.. Yeeahh.. Hampir!” geramnya di dekat wajahku.
Tubuhnya berkelojotan diiringi desahan panjang, kemudian ditariknya
penisnya lepas dari vaginaku dan menyemprotlah isinya di perutku. Dia
pun lalu ambruk ke depanku sambil memagut bibirku mesra. Karena Adi
melepaskan pegangannya terhadapku, pelan-pelan tubuhku merosot hingga
terduduk bagai tak bertulang, begitu pun dengannya yang bersandar di
lift dengan nafas ngos-ngosan. Aku meminta Syaiful mengambilkan tissue
dari tasku, aku lalu menyeka keringat di keningku juga ceceran sperma
pada perutku sambil menjilat jari-jariku untuk mendapatkan ceceran
sperma itu. Hingga kini pakaian yang masih tersisa di tubuhku cuma
sepatu dan kaos yang telah tergulung ke atas.
Tenggang waktu ke babak berikutnya kurang dari lima menit, Rois setelah
meminta ijin dahulu, memegangi kedua pergelangan kakiku dan
membentangkannya. Ditatapnya sebentar lubang merah merekah di tengah
bulu-bulu hitam itu, kedua temannya juga ikut memandangi daerah itu.
“Ayo dong.. Pada liatin apa sih, malu ah!” kataku dengan memalingkan
muka karena merasa risi dipelototi bagian ituku, namun sesungguhnya aku
malah menikmati menjadi objek seks mereka.
“Hehehe.. Malu apa mau nih!” ujar Syaiful yang berjongkok di sebelahku sambil mencubit putingku.
“Lu udah gak virgin sejak kapan Ci? Kok memeknya masih OK?” tanya Rois sambil menatap liang itu lebih dekat.
“Enam belas, waktu SMA dulu” jawabku.
Kami ngobrol-ngobrol sejenak diselingi senda gurau hingga akhirnya aku
meminta lagi karena gairahku sudah kembali, ini dipercepat oleh
tangan-tangan mereka yang selalu merangsang titik-titik sensitifku. Rois
menarikku sedikit ke depan mendekatkan penisnya pada vaginaku lalu
mengarahkan benda itu pada sasarannya. Uuh.. Vaginaku benar-benar terasa
sesak dan penuh dijejali oleh penisnya yang perkasa itu. Cairan
vaginaku melicinkan jalan masuk baginya.
“Aa.. aadduhh, pelan-pelan dong!” aku mendesah lirih sewaktu Rois
mendorong agak kasar. Sambil menggeram-geram, dia memasukkan penisnya
sedikit demi sedikit hingga terbenam seluruhnya dalam vaginaku.
“Eengghh.. Ketat abis, memek Cina emang sipp!” ceracaunya.
Dia menggenjot tubuhku dengan liar, semakin tinggi tempo permainannya,
semakin aku dibuatnya kesetanan. Sementara Syaiful sedang asyik bertukar
ludah denganku, lidahku saling jilat dengan lidahnya yang ditindik,
tanganku menggenggam penisnya dan mengocoknya. Sebuah tangan meraih
payudaraku dan meremasnya lembut, ternyata si Adi yang berlutut di
sebelahku.
“Bersihin dong Ci, masih ada sisa tadi!” pintanya dengan menyodorkan
penisnya ke mulutku saat mulut Syaiful berpindah ke leherku.
Serta merta kuraih penis itu, hhmm, masih lengket-lengket bekas
persenggamaan barusan, kupakai lidahku menyapu batangnya, setelah
beberapa jilatan baru kumasukkan ke mulut, aku dapat melihat ekspresi
kenikmatan pada wajahnya akibat teknik oralku.
Tak lama kemudian, Syaiful berkelojotan dan bergumam tak jelas,
sepertinya dia akan klimaks. Melihat reaksinya kupercepat kocokanku
hingga akhirnya cret.. cret.. Spermanya berhamburan mendarat di sekitar
dada dan perutku, tanganku juga jadi belepotan cairan seperti susu
kental itu. Saat itu aku masih menikmati sodokan Rois sambil mengulum
penis Adi.
Kemudian Adi mengajak berganti posisi, aku dimintanya berposisi doggy,
Rois dari belakang kembali menusuk vaginaku dan dari depanku Adi
menjejalkan penisnya ke mulutku. Kulumanku membuat Adi berkelojotan
sambil meremas-remas rambutku sampai ikat rambutku terlepas dan
terurailah rambutku yang sebahu itu. Penis itu bergerak keluar-masuk
semakin cepat karena vaginaku juga sudah basah sekali.
Tidak sampai sepuluh menit kemudian muncratlah sperma Adi memenuhi
mulutku, karena saat itu genjotan Rois bertambah ganas, hisapanku
sedikit buyar sehingga cairan itu tumpah sebagian meleleh di pinggir
bibirku. Setelah Adi melepas penisnya, aku bisa lebih fokus melayani
Rois, aku ikut menggoyang pinggulku sehingga sodokannya lebih dalam.
Bunyi ‘plok-plok-plok’ terdengar dari hentakan selangkangan Rois dengan
pantatku. Mulutku terus mengeluarkan desahan-desahan nikmat, sampai
beberapa menit kemudian tubuhku mengejang hebat yang menandakan
orgasmeku. Kepalaku menengadah dan mataku membeliak-beliak, sungguh
fantastis kenikmatan yang diberikan olehnya. Kontraksi otot-otot
kemaluanku sewaktu orgasme membuatnya merasa nikmat juga karena
otot-otot itu semakin menghimpit penisnya, hal ini menyebabkan
goyangannya semakin liar dan mempercepat orgasmenya. Dia
mendengus-dengus berkelojotan lalu tangannya menarik rambutku sambil
mencabut penisnya.
“Aduh-duh, sakit.. Mau ngapain sih?” rintihku.
Dia tarik rambutku hingga aku berlutut dan disuruhnya aku membuka mulut.
Di depan wajahku dia kocok penisnya yang langsung menyemburkan lahar
putih. Semprotan itu membasahi wajahku sekaligus memenuhi mulutku.
“Gila, banyak amat sih, sampai basah gini gua!” kataku sambil menjilati penisnya melakukan cleaning service.
Setelah menuntaskan hasrat, Rois melepaskanku dan mundur
terhuyung-huyung sampai bersandar di pintu lift dimana tubuhnya merosot
turun hingga terduduk lemas. Dengan sisa-sisa tenaga aku menyeret
tubuhku ke tembok lift agar bisa duduk bersandar. Suasana di dalam lift
jadi panas dan pengap setelah terjadi pergulatan seru barusan. Aku
mengatur kembali nafasku yang putus-putus sambil menjilati sperma yang
masih belepotan di sekitar mulut, aku bisa merasakan lendir hangat yang
masih mengalir di selangkanganku.
Adi sudah memakai kembali celananya tapi masih terduduk lemas, dia
mengeluarkan sebotol aqua dari tas lusuhnya, Syaiful sedang berjongkok
sambil menghisap rokok, dia belum memakai celananya sehingga batang
kemaluannya yang mulai layu itu dapat terlihat olehku, Rois masih
ngos-ngosan dan meminta Adi membagi minumannya. Setelah minum beberapa
teguk, Rois menawarkan botol itu padaku yang juga langsung kuraih dan
kuminum. Kuteteskan beberapa tetes air pada tissue untuk melap wajahku
yang belepotan.
Cerita Seks Remaja : Kami ngobrol-ngobrol ringan dan bertukar nomor HP
sambil memulihkan tenaga. Aku mulai memunguti pakaianku yang tercecer.
Setelah berpakaian lengkap dan mengucir kembali rambutku, kami
bersiap-siap pulang. Adi menekan tombol lift dan lift kembali meluncur
ke bawah. Lantai dasar sudah sepi dan gelap, jam sudah hampir
menunjukkan pukul tujuh. Lega rasanya bisa menghirup udara segar lagi
setelah keluar gedung ini, kami pun berpisah di depan gedung sipil,
mereka keluar lewat gerbang samping dan aku ke tempat parkir.
Dalam perjalanan pulang, aku tersenyum-senyum sendiri sambil mendengar
alunan musik dari CD-player di mobilku, masih terngiang-ngiang di
kepalaku kegilaan yang baru saja terjadi di lift kampus
Jadian Langsung Ngentot
Baru Jadian Langsung Ngentot | Cerita
Dewasa Karya Brian Berita-U yang telah diposting ini bisa disimak
langsung di sini. Berikut ceritanya yang saya maksudkan seperti berikut:
Perkenalkan, namaku Brian, dan ini Fb ku (Brian Beritau). Aku ingin
bercerita tentang apa yang pernah terjadi di kehidupanku saat masih
duduk di banggku SMA. Aku memiliki beberapa teman wanita yang lumayan
cantik dan seksi sewaktu di SMA saat itu aku berada di bangku kelas 3
disalah satu sekolah swasta di Yogyakarta, aku memiliki satu teman
wanita yang sangat akrab denganku. Bahkan teman-temanku yang lainnya
mengira kami pacaran. Ia sebenarnya memiliki pacar yang jauh lebih
tampan dariku dan bila dibandingkan denganku sangat tidak setara. Hampir
setiap saat sesudah pulang dari sekolah aku selalu bersamanya seperti
pepatah yang mengatakan dimana ada gula, disitu ada semut. Temanku ini
bernama Riasya kelahiran Bandung. Aku sering memanggilnya Ria agar lebih
mudah di ucap, namun tak sering ku mengolok namanya dengan panggilan
Ass (bokong). Memang sekilas bokongnya begitu seksi dan sintal, padat
menggairahkan. Kulitnya kuning langsat dengan dengan bentuk tubuh yang
ideal ramping, rambutnya panjang terurai dan bibirnya tipis kecil,
dadanya masih begitu mini untuk telapak tanganku.
Jujur aku lebih suka ia mengenakan celana pendek style lelaki dibanding
menggunakan rok. Ia memang senang menggunakan rok mini saat bepergian
dengan pacarnya namun saat denganku ia malah sering mengenakan pakaian
ala pria (tomboy). Sekilas dibenakku sempat berfikir alangkah seksinya
bila ia tak menggunakan busana apapun. Bentuk dadanya yang masih datar
dan sangat mini itu sering membuat penasaran.
Aku sering main kerumahnya, kedua orang tuanya sangat baik dan sering
mengajakku makan bersama, nginap di rumahnya ketika belajar kemalaman
dan lain-lain. Tepat hari sabtu siang, sesudah pulang sekolah aku
mengantarnya pulang seperti biasa, namun sepanjang perjalanan raut wajah
Ria sedikit berbeda, mimik muka yang begitu cemberut dan tak peduli
dengan kata orang yang mengajaknya berbicara membuatnya terlihat lusu.
Karena sudah lama mengenalnya, aku tau kelakuannya yang satu ini.
Ditengah perjalanan aku mengajaknya berbicara namun sepertinya dia lagi
gak mood untuk ngobrol dan menanggapi ucapanku. Aku menghentikan laju
kendaraan di sebuah warung makan yang tidak begitu mewah untuk orang
sekelas Ria, namun apa daya isi dompetku berkata lain.
''Mau makan apa kamu Ass..??'' tanyaku.
''Gak makan gue, minum aja tapi loe yang bayarin..'' balasnya.
''Enak aja, emangnya aku nih cowok kaya mu itu..'' ucapku sedikit dongkol.
''Apaan sih kamu tuh bawah-bawah dia segala. Aku sudah gak peduli..'' tukasnya dengan nada sedikit tinggi.
''Yaelllaaaahh.. Santai aja kali, kamu tuh makin jelek tau..'' ucapku dengan nada mengolok.
Ria hanya melihatku sambil mekerutkan bibirnya. Aku suka dengan raut
wajahnya yang seperti itu, seandainya dia belum menjadi milik orang lain
pasti ingin sekali ku memilikinya lebih. Tanpa basa-basi, aku pun
segera memesan makanan kesukaanku dan minuman kesukaannya. Soda gembira
serasa berat untuk ku bayar karena kondisi keuangan ku yang saat itu
amburadul.
Sambil menunggu makanan yang disajikan, aku berusaha mengorek apa yang
mengganjal di hatinya sampai membuatnya jutex kaya sekarang ini. Tanpa
perlu menunggu lama, ia pun mau berbicara masalah kegalauannya, itu pun
karena aku sangat dekat dengannya. Sedikit demi sedikit ia menceritakan
kejadian yang membuatnya BT. Ia cemburu karena pacarnya tidak
menjembutnya dan malah mengantar cewek lain.
''Cemburu nih ceritanya.. Hari ini masih cemburuan, basi..!!'' ledekku.
''Emangnya kenapa..?? Gak boleh..?'' tanyanya singkat sambil melototin aku.
''Jaman sekarang itu cowok minimal punya dua cewek, kasihan the elooo...'' ledekku makin menjadi-jadi.
''Mana ada kayak begitu. Kamu aja gak punya cewek..'' sindirnya sambil tersenyum geli.
''Siapa bilang ku gak punya cewek..?? Aku kan masih ingin nunggu seseorang. Hahahah...'' cawabku ngeless dari kenyataan.
''Hhhmmm... Bohong aja kmu tuh ya.. Nungguin siapa emangnya..?'' tanyanya penasaran.
''Ahhhahahahahahah.. Penasaran kan..? Ya nungguin loh putus dulu baru ku
kasih tau siapa yang ku tunggu.. mikir lah dikit'' jawabku dengan
sedikit deg-degkan.
Tak berapa lama kemudian menu pesananku datang, aku lantas menawarkan
makan berdua dengannya namun ia hanya menggelengkan kepala.
''Masa.. Jangan-jangan loh suka lagi sama gue, gak level gue..'' ucapnya sambil meminum minumannya.
''O..O..O..O.. Masih pake level, aku malah pake bintang bukan level lagi..'' kataku sambil terus menyantap makanan.
Ria hanya tersenyum sambil menatapku, kadang ia hanya mengkerutkan dahi
dan bibirnya. Mata dan bibirnya membuat hatiku terombang-ambing, sungguh
pemandangan yang indah
Langganan:
Postingan (Atom)